Nilai UN SMP Turun, Masa Iya?

Sepanjang kemarin (8 Juni), rumor mengenai nilai UN SMP berhembus kencang di Twitter. Seperti yang kita ketahui, hal-hal yang beredar di media sosial sulit dicari asal peredarannya, jadi harap berhati-hati selama membaca. Post ini akan merekap informasi yang berhasil diperoleh sejak Rabu lalu mengenai nilai UN SMP.

Rumor yang berhembus kencang adalah bahwa nilai UN SMP pada umumnya turun. Di Provinsi Riau dan di Provinsi Bengkulu, kabar ini terkonfirmasi. Di tempat lain, konfirmasi masih sulit. Di DKI Jakarta, yang beredar hanyalah sebuah gambar yang viral di Twitter.

nilai-un-dki-turun

Di Kota Bandung, dikabarkan nilai UN SMP turun sebesar 1,5 poin. Saya belum mengetahui pasti apakah ini per mata pelajaran atau jumlah nilai, dan apakah dari nilai maksimal 10 per mata pelajaran (yang berarti turun sangat besar) atau maksimal 100 per mata pelajaran (yang sebetulnya tidak terlalu besar)

Selain itu, saya juga memperoleh data sekolah-sekolah dengan nilai UN tertinggi se-Kota Bandung. Terimakasih kepada Ryan (di email beliau menyebut dirinya Negariansyah Rian) atas datanya.

top scorer un smp bandung

Ada satu lagi gambar yang juga beredar luas, yang tampak menyatakan rata-rata UN SMP turun.

katanya nilai un turun

Namun demikian, saya belum bisa memastikan dari mana gambar ini berasal. Pasalnya, perhatikan rerata nilai UN SMP 2014/2015 yang tercantum pada gambar. Anda bisa melihat statistik hasil nilai UN dan data rerata 2014/2015 tersebut tidak cocok dengan rerata UN SMP 2014/2015 nasional, provinsi DKI Jakarta (atau provinsi mana pun), maupun Kota Bandung. Hingga saat ini tempat asal data ini masih dicari.

Jadi, apakah nilai UN SMP benar-benar pada umumnya turun? Lebih baik kita tunggu kabar resminya.

NB: Mohon kesediannya mengisi survei UN SMP 2016 dan uji coba simulasi PPDB SMA Kota Bandung 2016, khususnya jika Anda terlibat dalam PPDB SMA Kota Bandung 2016. Partisipasi Anda dibutuhkan agar eksperimen ini berhasil.

57 respons untuk ‘Nilai UN SMP Turun, Masa Iya?

  1. ryan Juni 9, 2016 / 4:46 pm

    sy sedang nunggu pengumuman resmi, hari sabtu besok mas via pos.

    Suka

    • Taufiq A. Utomo Juni 9, 2016 / 9:32 pm

      Selamat menunggu, semoga mendapat hasil terbaik 🙂

      Ohya, btw, di Parepare pengumuman UN SMP dilakukan via koran. Beda kota, beda cara.

      parepos.co.id/pendidikan/item/8498-hanya-di-pare-pos-pengumuman-kelulusan-un-smp-mts-se-kota-parepare

      Suka

  2. Meity nurani Juni 9, 2016 / 10:40 pm

    Waaahh…semakin h2c menunggu hasil un smp nih.

    Suka

  3. inongnnovy Juni 10, 2016 / 6:45 am

    Lho….berarti bedanya 14 hari yah sama pengumuman sd……biasanya cuma beda seminggu……taun ini berjuang lagi de….mudah2an taun ini ga usah pake “ingkig line” seperti taun kemaren….

    Suka

  4. Vanessa (@VanessaNikoo) Juni 10, 2016 / 9:55 am

    Gak heran orang soalnya aja susah dan agak beda dari kisi2, yg pake kj udh tenang bagaimana dengan nasib yg jujur 😦 semoga aja saya bisa lulus dgn nem diatas 30 dan bisa masuk SMA unggulan aamiin yra 🙂

    Suka

    • yudiwbs Juni 10, 2016 / 2:28 pm

      Anak saya di SMP dan sudah dapat bocoran nilai UN. Kalau benar bocorannya, maka teman-temannya yang menggunakan kunci jawaban nilainya hanya dikisaran 30an. Justru yang tinggi (36, 37, 38) adalah yg jujur. Mungkin kalaupun memang ada, kunci jabawan sudah dikurangi akurasinya agar tidak terlalu mencurigakan.

      Suka

      • ryan Juni 10, 2016 / 5:03 pm

        pak yudiwbs, klo siswa dpt bocoran kunci jawaban, prosentase dapat nilai UN besar itu 50:50… tapi yang lebih berbahaya itu adalah jika ada orang tua siswa yg sudah membuat kesepakatan dengan oknum tertentu untuk mengUPGRADE nilai UN anaknya.

        Suka

      • Taufiq A. Utomo Juni 10, 2016 / 5:05 pm

        Sebarang bocoran kundi jawaban yang keakuratannya jauh lebih dari 25% (keakuratan hitung kancing) patut dicurigai.

        Suka

    • Ahsya Devinka Juni 10, 2016 / 3:59 pm

      Iya soalnya agak beda dari kisi2, apalagi yang mata pelajaran IPA.Untuk yang matematika cenderung yg dikeluarkan soal2 sulit dan High Order Thinking.

      Suka

  5. yennys Juni 10, 2016 / 12:14 pm

    sudah mulai mules saya… 😀

    Suka

      • yennys Juni 10, 2016 / 3:49 pm

        menunggu harap-harap cemas hasil uan anak mas taufiq… 😀

        Suka

    • ryan Juni 10, 2016 / 11:18 pm

      mas duddy, saya suka banget artikel nya…. membantu analisa saya

      Suka

  6. Bambang Juni 10, 2016 / 9:50 pm

    Sy termasuk org yg memprediksi sebaran nem smp kota bdg turun, khusus nya nem di atas 36.. Krn sy termasuk org yg percaya , bhw thn 2015 terlalu banyak nem besar di dapat dengan tdk fair. Pikir sy krn kmrn rame , mereka thn ini takut. Dan mudahn bukan takut tp mulai sadar akan penting nya kejujuran demi anak anak mereka juga. Pada dasarnya tdk ada siswa yg curang, namun terkadang justru org tua nya yg curang.

    Suka

    • ryan Juni 10, 2016 / 11:23 pm

      mas bambang, tahun ini masih banyak kok, praktik2 kecurangan seperti itu, cuma agak lebih soft saja….

      Suka

      • Dedi Juni 12, 2016 / 11:10 am

        Biasanya dg cara apa kecurangan yg dilakukan org tua itu ?

        Suka

      • Luki WL Juni 14, 2016 / 9:00 pm

        Dari analisa saya menyimak ppdb 2015 lalu, disamping aturan ppdb (khususnya kota Bandung) yang berubah tengah jalan, praktik kecurangan ada di beberapa lini:

        Jalur non akademis SKTM abal2 dimanfaatkan oleh ortu dibantu para oknum, dari obrolan pihak admin salahsatu SMA, jalur SKTM ini lebih ketat dalam hal verifikasi shg tepat sasaran bg siswa yg benar2 berhak.
        Jalur akademik yang modus kecurangannya dilakukan jauh sebelum ppdb, yaitu mendongkrak nilai NEM siswa dengan manipulasi nilai matpel UN secara kolektif.
        Hal ini yang paling menjadi perhatian saya pribadi, karena praktik modus ini paling sulit dibuktikan dan oknum yang melakukan, yang pasti punya akses melakukan kecurangan tersebut. Silahkan di analisa saja kira-kira pihak mana/siapa itu…
        Kasus ini terjadi di ppdb 2015 yg sudah demikian transparannya, masih terjadi. Belasan siswa dari satu SD di bilangan tegalega Bandung, memiliki NEM dan detil nilai UN yg “sama persis setiap matpel nya” melenggang masuk di beberapa SMP favorit, dan janji RK dan jajaran Disdik sampai sekarang tidak bisa memberikan penjelasan hasil investigasi (buka berkas asli hasil UN).
        Ataukah analisa no.2 diatas adalah Bocoran soal? Saya rasa bukan karena terbatas hanya terjadi dari lulusan 1 SD tersebut. Tidak ditemukan modus kecurangan dari SD lain.

        Demikian analisa saya yang diharapkan modus kecurangan tersebut tidak terulang di 2016.

        Salam.

        Suka

      • Luki WL Juni 14, 2016 / 9:21 pm

        Ohya 1 lagi, kecurangan yg dilakukan ortu jauh jauh hari sebelum anaknya ikut seleksi ppdb: titip nama anak di KK kerabatnya yg berdomisili area sekolah favorit.

        Kalau ada ortu yg sampe sengaja bikin KK palsu, kebangetan pisan.. 😦

        Suka

  7. Bambang Juni 10, 2016 / 10:11 pm

    Jika ridwan kamil trus mengawal dan org tua siswa semua jujur, dan dengan aturan main yg tetap spt skrng, sy ambil contoh SMA 3 bdg, Dgn PG luar wilayah atau PG tahap 2 thn kmrn adalah 37.70. Maka sy perkirakan PG ini akan tetap menjadi yg terbesar. Minimal untuk 3 tahun ke depan. Artinya tahun ini 2016 sampe 2018 PG nya akan dibawah PG tahun 2015. Yaitu di bawah 37.70.

    Suka

    • Taufiq A. Utomo Juni 10, 2016 / 10:17 pm

      2016 mungkin betul. 2017 dan 2018 tidak bisa dijamin. Orang belajar dari UN 2016. Soal yang sulit tahun ini akan terasa lebih mudah tahun depan.

      Suka

      • Bambang Juni 11, 2016 / 3:10 pm

        Yah namanya share g apa apa yah kita berbeda pendapat, hehe, klu menurut sy tingkat kesulitan soal itu bgt bgt aja, klu pun ada beda tipis sekali, jd untuk PG khususnya dua sekolah di jln belitung sangat dipengaruhi akan aturan nya spt apa dan tingkat kejujuran org tua siswa nya aja. Semakin terus dikawal oleh ridwan kamil dan kepedulian kita untuk terus mengawasi , maka PG tdk akan naik melewati angka 38. Makanya sy prediksi 37.70 untuk sma 3 akan bertahan minimal sampe 3 tahun. Maksudnya tdk akan naik lg di atas itu.

        Suka

  8. ryan Juni 10, 2016 / 11:25 pm

    mas taufiq, di tunggu informasinya sebaran Nilai UN SMP Kota Bandung 2016, sudah gregetan nih, mau hutang-hitung peluang… hehehehe

    Suka

  9. Eko Juni 11, 2016 / 11:49 am

    Hari ini pengumuman un smp. Dan prediksinya betul, turun semua. Bisa minta prediksi passing grade untuk masuk ke sma negeri Kota Bekasi. Jangan yang Bandung saja.

    Suka

    • Taufiq A. Utomo Juni 11, 2016 / 12:02 pm

      Sudah saya duga, pembaca post yang satu ini banyak yang dari luar Bandung.

      Pertama, apakah aturan tahun 2016 sudah keluar? Kalau ya, di mana saya bisa melihatnya dan apa perubahannya dibanding aturan tahun sebelumnya? Kalau berubah jauh, mohon maaf saya tidak berani prediksi. NB: Tahap 1 Umum dan Tahap 2 Lokal itu apa, dan sejak kapan adanya? Kalau bisa menjelaskan aturannya dalam bahasa yang mudah dipahami orang awam, lebih bagus.

      Kedua, kapan PPDB Kota Bekasi mulai?

      Ketiga, hingga saat ini proses mencari metode prediksi yang bekerja dengan baik masih terus berjalan. Jadi jangan kaget kalau mungkin prediksinya tidak akan seakurat yang Anda harapkan. Bukan hanya saya, orang lain juga masih belum pada nemu.

      Kenapa saya tanya semua ini? Karena saya masih belum familiar dengan sistem PPDB Kota Bekasi. Jadi andaikata saya mengikuti permintaan Anda, saya harus belajar dulu sistemnya seperti apa.

      NB: Yang Bandung saja sudah susah ._.

      Suka

      • Eko Juni 12, 2016 / 5:11 am

        Kalau ada instansi yang bikin kayak gini kelihatannya lebih bermanfaat, dan lebih berharga. Daripada buat prediksi-prediksi kepala negara/daerah, yg blm tentu berguna utk masyarakat.
        Mas, aturannya sama dengan thn lalu ada di https://bekasi.siap-ppdb.com
        Disitu ada jalur model dan regular. Statistik thn lalu juga ada. Mungkin hampir sama kayak kota Bandung yak.

        Suka

        • Taufiq A. Utomo Juni 12, 2016 / 8:42 am

          Ada satu perbedaan antara prediksi passing grade dengan prediksi pemilukada. Ilmu prediksi pemilukada sudah advanced sehingga error nya sudah di bawah 3%, bahkan ada yang sudah 1%. Ilmu prediksi passing grade perkembangannya jauh tertinggal sehingga yang error nya 3% pun masih barang mewah. Error 3% berarti kalau diprediksi 30 ternyata aslinya bisa 29,1 sampai 30,9.

          Suka

        • Taufiq A. Utomo Juni 12, 2016 / 8:57 am

          EDIT: Saya nemu ini setelah googling.

          http://www.sman11-kotabekasi.sch.id/2016/06/11/panduan-ppdb-online-tahun-2016/

          dan, di matriks pendaftaran, tercantum bahwa di 2015 tidak ada jalur afirmasi, sedangkan di tahun 2016 ada jalur afirmasi dengan kuota 15%. Saya anggap ini perubahan besar karena kuota jalur umum terpangkas besar dari 85% jadi 70%. Kalau info ini benar, saya tidak berani bikin prediksi karena sudah mana saya masih belum familiar, tahun ini sistem berubah besar.

          Suka

        • EKO Juni 30, 2016 / 10:48 am

          Pak, sekarang sudah sampai hari ke 4. Dan prediksi turun passing grade di kota bekasi tidak terjadi di jalur umum. Kemungkian karena ada pengurangan jatah jalur umum untuk jalur afirmasi, yang saya pikir terlalu banyak, Kenyataannya sampai hari ini saya pantau ppdb, dari jalur afirmasi yang mendaftar hanya sekitar 20%. Kemungkinannya banyak sekali, kenapa sampai sedikit sekali (tidak perlu saya bahas). Apakah disengaja atau lainnya.

          Hal ini menyebabkan banyak bangku kosong. Dan kenyataannya, bangku kosong tersebut (dari jalur affirmasi) tidak ada peraturan lanjutannya. Apakah akan tetap dikosongkan, atau diisi. Caranya ?!? Nah ini, yang sering dibuat celah oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab. Saya doakan, siapa saja yang memperjualbelikan bangku kosong ini akan dilaknat oleh Tuhan, karena mengambil hak anak yang berprestasi…dan terutama hak hak anak miskin.

          Suka

        • Taufiq A. Utomo Juni 30, 2016 / 10:51 am

          Saya bilang juga apa, makanya ga berani prediksi. Ternyata naik?

          Suka

        • EKO Juni 30, 2016 / 11:23 am

          Betul Pak, Berikut saya berikan statistiknya. Diambil dari PPDB kota Bekasi
          Statistik sampai tgl 30 Juni 2016 Jam 11.15 Untuk Jalur Affrimasi :
          Mulai dari SMA – Jumlah Quota Affirmasi – Jumlah Pendaftar
          SMA 1 – 59 – 0
          SMA 2 – 78 – 8
          SMA 3 – 54 – 3
          SMA 4 – 60 – 3
          SMA 5 – 51 – 2
          SMA 6 – 54 – 6
          SMA 7 – 54 – 13
          SMA 8 – 54 – 2
          SMA 9 – 54 – 2
          SMA 10 – 54 – 3
          SMA 11 – 54 – 7
          SMA 12 – 54 – 24
          SMA 13 – 54 – 6
          SMA 14 – 54 – 4
          SMA 15 – 54 – 5
          SMA 16 – 54 – 14
          SMA 17 – 48 – 5
          SMA 18 – 30 – 14
          Kita lihat bangku kosong tersebut sampai akhir pendaftaran. Saya pikir gak akan beranjak jauh dari situ. Mari kita lihat, bagaimana pemerintah Bekasi akan memproses dan mensikapinya di PPDB ini. Jangan sampai ketidak-adilan terjadi.

          Suka

        • Taufiq A. Utomo Juni 30, 2016 / 1:20 pm

          Kayaknya sosialisasinya kurang ya, sedikit banget yang daftar? Waspada tahun depan banyak yang memalsukan dokumen bukti kemiskinan.

          Suka

    • budhi Juni 11, 2016 / 2:47 pm

      juragan minta info,anak saya nem nya 33 paling bagus kira kira peluang nya ke sma mana kota bandung?
      soalnya kota bandung ppdb nya pabaliut sama sktm dan anak guru.nuhun.

      Suka

  10. Witt Juni 11, 2016 / 1:33 pm

    Mohon maaf, bisa dijelaskan nilai tertinggi di Kota Bandung (yang 361,09) itu seseorang yang rata-rata nilainya paling tinggi di Kota Bandung atau rata-rata satu sekolah tertinggi di Kota Bandung?

    Suka

  11. suryadi Juni 11, 2016 / 2:21 pm

    Mas .mau tanya anak st br saja menerima nilai un dg nilai 357.0kira2 diterima di SMA 24 bdg ngak ya.mks atas infonya.soalnya walaupun anak sy sekolah SMP di bdg tetapi KTP dan KK saya msh jakarta

    Suka

  12. Meity nurani Juni 11, 2016 / 5:17 pm

    Mas Taufiq apa sudah ada sebaran UN smp kota bandung?

    Suka

  13. PO DY Juni 13, 2016 / 10:53 am

    jadi bagaimana cara hitung-hitungannya? katanya nilai UN sekarang turun 6 poin dr thn lalu, Itu berarti passing grade masing2 SMA bakal ikut turun juga ya? bingung

    Suka

    • Taufiq A. Utomo Juni 13, 2016 / 10:55 am

      Ceteris paribus (i.e. kalau diasumsikan semua faktor lain tetap), ya, turun. Tapi apakah faktor lain tetap? Itu pertanyaannya, mengingat nilai UN bukan satu-satunya faktor penentu passing grade.

      Suka

  14. Niken Juni 14, 2016 / 10:06 am

    Pak, mohon info, syarat apa saja yang harus dilengkapi untuk mendaftar SMA di Kota Tangerang dan berasal dari SMP di Kab. Morowali, Sulawesi Tengah….Terimakasih

    Suka

  15. Nadhira Juni 14, 2016 / 8:08 pm

    Untuk afirmasi sekarang ini 20% dan jalur akademik sekitar 60-70%, klo menurut saya tdk adil afirmasi harusnya 5-10% saja, karena kita juga harus menghargai yg sdh belajar utk mendapatkan nem tinggi masa dikalahkan oleh nem yg jauh lebih kecil.

    Suka

    • dedi Juni 18, 2016 / 7:22 am

      Saya juga berpendapat sama seharusnya dikurangi prosentase jalur afirmasi tersebut yang sekarang disebut RPM (Rawan Melanjutkan Pendidikan). Apalagi dikurangi untuk jalur prestasi 5%, UU sebesar 3%, luar kota 10%, sehingga untuk Akademis Kota Bandung sebesar 62% terbagi oleh luar kota yang sekolah di kota bandung

      Suka

    • Prihandoko Juni 23, 2016 / 3:55 pm

      Saya setuju, jalur Afirmasi bagus, tapi harus ada batasan nilai UN, shg hanya mereka yang siap berkompetisi dan serius saja yang berhak mendapatkan privilege, shg memicu untuk lebih giat belajar.

      Suka

      • Taufiq A. Utomo Juni 23, 2016 / 4:10 pm

        Kalau Anda mau seperti itu, ada satu pertanyaan yang mesti dijawab: mereka yang miskin dan nilai UN-nya kurang mau dikemanakan? Mereka juga berhak sekolah.

        Suka

        • Prihandoko Juni 23, 2016 / 4:41 pm

          Itu PR buat Pemerintah, saya rasa mereka yang lewat jalur Akademi dan tidak diterima di Negeri terus tidak mampu melanjutkan ke Swasta (krn biaya di swasta mahal) mungkin jumlahnya lebih banyak. Karena kenyataannya jumlah sekolah negeri kurang banyak dibandingkan dengan jumlah siswa (1 : 2) dengan kata lain pertumbuhan jumlah sekolah negeri tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk. Solusinya bisa saja pemerintah membuka kejar paket paket yang lain, misalnya paket D, paket E, dst disesuaikan dg kebutuhan.

          Suka

  16. dedi Juni 18, 2016 / 7:21 am

    Saya juga berpendapat sama seharusnya dikurangi prosentase jalur afirmasi tersebut yang sekarang disebut RPM (Rawan Melanjutkan Pendidikan). Apalagi dikurangi untuk jalur prestasi 5%, UU sebesar 3%, luar kota 10%, sehingga untuk Akademis Kota Bandung sebesar 62% terbagi oleh luar kota yang sekolah di kota bandung

    Suka

  17. sigit Juni 23, 2016 / 6:04 pm

    setelah lama jadi silent reader saya juga angkat bicara mengenai ini… saya sangat setuju jalur afirmasi dikurangi. sangat betul sebuah prestasi tinggi dihasilkan dengan kerja keras semangat pantang menyerah dan terkadang saya terharu juga dengan perjuangan itu…saya sendiri pernah menangis melihatnya … #kadang suka baper nyesel kenapa dulu ga bisa seperti itu 🙂 semuda itu begitu mengorbankan banyak hal demi meraih hasil tertinggi… belajar sampai tertidur… nempelin target apa yang hendak dia capai… tempel quotes di halaman buku… dll…
    rata rata anak anak berprestasi secara akademik menempa diri tanpa harus di suruh di iming imingi atau entah apalagi… begitu besar self awareness mereka terhadap diri mereka sendiri… bahkan rela menghabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar daripada main… gaul … whatever lah yang biasa dilakukan anak sebayanya
    lantas mereka harus kandas tersisih dengan siswa yang mengandalkan jalur afirmasi yang berbekal you know what ? rasanya sebagai orang tua saya ga rela… 36.9 bukanlah didapat dengan kerja sehari… sebulan… sekali jadi… tapi proses panjang bertahun.
    ” sometimes we win sometimes we learn “

    Suka

    • Taufiq A. Utomo Juni 23, 2016 / 10:18 pm

      Pertama, harus ada perlindungan terhadap warga miskin, apalagi yang prestasi akademiknya tidak menonjol amat (kalau menonjol sekali, sangat mungkin ada yang memberinya beasiswa). Jika dibiarkan mereka akan terlempar dari roda kehidupan berdasarkan prinsip seleksi alam, dan tidak akan pernah merasakan bagian atas dari roda kehidupan.

      Kedua, bagaimana mencari format yang adil? Ini yang tidak mudah.

      Orang tidak miskin dengan nilai pas-pasan akan meradang karena (1) kuota afirmasi memperkecil peluang mereka diterima karena jumlah pendaftar yang sama berebut kuota yang lebih sedikit, dan (2) ada kemungkinan orang miskin dengan nilai ujian yang lebih kecil akan mengalahkan orang tidak miskin dengan nilai ujian pas-pasan.

      Orang miskin betulan akan meradang karena (1) tidak ada jaminan diterima di sekolah negeri sedangkan sekolah swasta identik dengan keluar uang (setidaknya di benak sebagian dari mereka), dan (2) kuota afirmasi yang jumlahnya telah ditentukan dan diperuntukkan untuk mereka ternyata diembat juga oleh orang tidak miskin yang akalnya jalan namun moralnya tidak jalan.

      Pada akhirnya, orang yang punya kepentingan dengan PPDB (misalnya diri sendiri, anak, atau saudara hendak mendaftar) cenderung lebih likely untuk bias dalam memandang sistem PPDB. Bias terhadap sistem yang lebih memungkinkan kepentingannya tercapai.

      Tahun 2014 lalu saya tidak senang dengan rayonisasi dan penambahan nilai karena adik saya hendak mendaftar di luar wilayah. Setelah saya tidak punya seseorang untuk diperjuangkan masuk, pandangan saya tentang rayonisasi pun mulai bergeser.

      Sekarang sebagai blogger, saya punya keinginan data PPDB dibuka seluas-luasnya ke publik dengan akses semudah-mudahnya. Mungkin di luar sana ada yang tidak senang scan sertifikat prestasinya dilihat orang, atau alamat rumahnya ketahuan orang.

      Mereka para pembuat peraturan harus melihat gambaran besar dari opini masyarakat yang tiap-tiap individunya punya kepentingan masing-masing, dan memutuskan seadil mungkin. Adil tidak selalu menyenangkan semua orang, keadilan tidak selalu ada di mayoritas, dan keputusan yang adil bisa dianggap tidak adil oleh masyarakat apabila masyarakat tidak memperoleh informasi mengapa keputusan tersebut adil.

      Suka

  18. yennys Juni 23, 2016 / 9:37 pm

    pak walikota pernah menulis di fb nya bahwa miskin pintar masih mungkin sekolah tapi miskin tidak pintar itulah yg rawan putus sekolah.
    pada awalnya saya sependapat dgn pak sigit diatas, melihat sendiri anak yg mati2an belajar utk kemudian tersisih yg pakai jalur sktm (kasus thn lalu) tapi membaca kembali postingan pak.walkot saya jadi berubah fikiran.
    benar pendapat beliau , miskin tidak pintar belum tentu malas melainkan mereka tdk punya cukup waktu utk belajar, tdk punya biaya utk ikut bimbel jadi ketika mereka berhenti sekolah, maka lingkaran setan kemiskinan akan terjadi terus.
    mohon maaf jika ada yg kurang berkenan..

    Suka

  19. sigit Juni 24, 2016 / 1:00 am

    Tapi iya sih … rela ga rela itu urusan hati sebentar juga terlupakan heheheh… euforia ortu aja kali dapet anak nem gede… sebetul nya hasil akhir dari pendidikan adalah katanya ” memanusiakan manusia” percuma sekolah tinggi mentereng menyilaukan … andai ga beretika .. ga bisa bilang … punten … maaf … rendah hati… Ga lebih baik dari monyet… dan satu lagi buat si miskin ato yang ngerasa miskin… percayalah itu sama sekali bukan halangan untuk menjadi bagian atas roda kehidupan… bahkan ga kuliah sekalipun.. i know exactly how its feel 😉 yu ah mending jaga moral anak anak kita… itu yang masih belum punya sim jangan dibiarin bawa motor juga yah… #ga mendidik tertib nih …. bahaya… heheh…

    Suka

  20. Danie Juni 30, 2016 / 11:43 am

    Ya makanya pemerintah hrs bikin wadah utk menampung anak2 miskin yang rawan putus sekolah, memberikan haknya tanpa mengurangi hak anak didik lain yg bukan kategori miskin (kategori sedang2 saja ky lagu)

    Suka

Berikan tanggapan